Rabu, 28 Desember 2016

Bukan Puisi...

Waktu berlalu dan yang kutulis bukan puisi. Hatiku tak menggiringku untuk menuangkan rasa dan asa dalam bait sajak, melainkan dalam tiap cangkir kopi yang sarat akan amarah dan rasa kecewa yang menambah pahit kopi yang kuseruput. Kopi ini bukan candu, bukan pula rindu. Hanya secangkir kopi yang meledakkan lambungku, menumpahkannya dalam bait-bait tak menentu, yang ditujukan pada seseorang dengan angka favoritku. Beberapa peristiwa dapat mengukir senyum di hatiku, namun ketika kuingin mengganti rasa yang ada, sebagian hatiku berontak tak terima. Hidupku entah, namun entah kenapa aku masih betah. Terlebih ketika hidup menyajikan aroma yang menggetarkan semangatku, aku berupaya agar entah menjadi titah. Titah bathin kepada jasad agar terus tegar. Hidup memang perjalanan entah. Hidup terjadi begitu saja, di saat kita sibuk dengan beragam rencana. Hidup yang kian entah kujalani dengan jiwa yang masih sedikit lengah. Dan aku tahu jiwa paling tahu mengobati luka sendiri. Namun pikir yang terkadang gagal diam, dan terus menggerogoti jiwa, dengan berbagai nalar yang menatap jiwa dengan nanar, lalu menonjoknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar